Menanggapi pertanyaan tentang keberadaan jamaa’ah tabligh,
maka Habib Mundzir Al - Musawwa
memberikan beberapa tanggapan. Berikut ini beberapa rangkuman point – point
tanggapan beliau :
Kurang Pengetahuan Syariah
Jama’ah tabligh ini baik ajarannya secara umum, namun ada
beberapa hal yang perlu dibenahi, di antaranya mereka sering meninggalkan
keluarga mereka, berhari – hari bahkan berbulan – bulan. Ini merupakan
kesalahan individu, karena tidak sepantasnya pergi berdakwah meninggalkan
nafkah di rumah, dakwah hukumnya fardhu kifayah sedangkan memberi nafkah adalah
fardu ain. Namun sepanjang saya ketahui ajaran mereka tidak memerintahkan
melupakan nafkah. Hal lainnya yaitu kurang ilmu pengetahuan syariah. Salah satu
saudara seperguruan saya di Yaman, yaitu Habib Saleh Al – Jufri ( Solo), sering
pergi ke Pakistan dll, tidak bermasalah dan kita tidak memusuhinya, dan
berkesimpulan bahwa Jama’ah Tabligh itu baik dan mulia programnya. Namun
kekurangan dalam ilmu pengetahuan syariah.
Kurang Memiliki Dasar Ilmu Fiqih
Kelemahan mereka yaitu kurang dalam dasar ilmu fiqh. Alangkah
bagusnya uang yang mereka gunakan untuk berdakwah digunakan untuk mendalami
ilmu fiqh. Karena belajar itu fardhu ain sedangkan berdakwah itu fardhu kifayah. Apalagi mereka tinggal di
mesjid dan i’tikaf, yang lima waktu di pantau oleh masyarakat awam. Namun kita
tidak anti terhadap mereka, mereka saudara kita yang punya semangat dakwah.
Kita doakan saja!
Terpengaruh Wahabi
Kita tidak menilai jama’ah tabligh itu sesat, cuma diperjelas
disini ada beberapa hal yang perlu dibenahi dari keluhan masyarakat.
Sebagaimana banyak personil mereka dari pelbagai negara telah terpengaruh dengan aliran wahabi, sebab wahabi mengembar
– gemborkan tidak fanatik terhadap mazhab dan menganggap dirinya sesuai dengan
Al –Qur’an dan Sunnah, maka sebagian jama’ah tabligh tertipu oleh ucapan
mereka. Dengan ketertipuan itu, mereka bukan berdakwah tapi menebar fitnah. Dan
kebanyakan jama’ah tabligh di Indonesia telah dirasuki wahabi. Kita
mengemukakan dan memperjelas hal itu, dan hal semacam itu merupakan hal yang
wajar dan kritik membangun.
Mirip Seorang Sufi
Mereka mirip sekelompok sufi, namun tak mementingkan ilmu
syariah, bukan berarti pesertanya tidak ada yang ulama, justru pesertanya ada
ulama, umara, aghniya, fuqara dan seluruh lapisan masyarakat.
Memiliki Tujuan Mulia
Secara umum jama’ah tabligh baik , namun ada beberapa hal
berupa kritik membangun untuk personil – personilnya.
Fanatisme Aliran
Mengenai boleh atau tidaknya berdakwah tanpa memiliki ilmu
yang cukup, sungguh tak ada larangannya, namun dakwah butuh metode, bukan asal
dakwah tanpa memperhatikan cara yang benar. Mereka mendakwakan tidak fanatis
kepada mazhab, namun mereka sendiri yang fanatis mazhab. Mereka masuk ke masjid
bermazhab imam syafi’i dan saat menjadi imam mereka tidak mengeraskan
basmallah. Kenapa?
Dakwah Butuh Ilmu
Mereka mesti kita perlakukan sebagaimana kita memperlakukan
saudara kita muslimin, di himbau dengan sopan dan di nasehati untuk memperdalam
ilmu, sebab mereka itu da’i, da’i itu derajat mulia, namun da’i yang tidak
berilmu akan menyesatkan ummat. Oleh karena itu kita harus selalu
memperingatkan mereka untuk terus berdakwah dan memperdalam ilmunya, jangan
cuma semangat menasehati orang saja namu lupa bahwa dalam menasehati orang
butuh keluasan ilmu.
Sumber Buku Kisah Dialog Islami Membawa Pencerahan Ilmu Cetakan
Mu’jizat
Untuk lebih lengkapnya bisa anda baca di buku tersebut.